BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LANDASAN HUKUM
1.
Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang
Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3495);
2.
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Muko muko, Kabupaten Seluma dan Kabupaten Kaur di Propinsi Bengkulu
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4266);
3.
Undang-Undang Nomor l7 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
4.
Undang-Undang Nomor I tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
5.
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,,
6.
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang program Pembangunan Nasional
tahun 2000 – 2005,
7.
Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2000 tentang
Kewenanga Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom,
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang pembinaan dan Pengawasan
atas Penyelenggara Pemerintah Daerah,
9.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2003 tentang pedoman
organisasi perangkat daerah (Lembaran Negara tahun 2001No. 14, tambahan
lembaran negara No. 42621),
10.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah,
11.
Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara RI sebagaimana telah
beberapa kali diiubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 62 Tahun 2005
12.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,
13. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
14. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal,
15. Keputusan Menteri pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 28 tahun 2004 tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik,
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
61 / Menkes/ SK /l/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan di Propinsi, Kabupaten/ Kota dan Rumah Sakit ,
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
228 / MenKes/SK/ III/ 2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan
Minirnal Rumah Sakit Yang Wajib Dilaksanakan Daerah ,
18. Peraturan Menteri Kesehatan No.
1575/ Menkes/ SK / II /2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan,
19.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
tentang penyusunan dan penetapan Standar Pelayanan Minimal.
20. Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. DM.02.07/I.III.2/2349/2010 hasil Visitasi;
21. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 983/Menkes/SK/IV/93 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit Umum;
22. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
23. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1171/MENKES/PER/VI/2001 Tentang
Sistem Informasi Rumah Sakit;
24. Surat
Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik No. 811/2/2/VII/1993 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kerja Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Umum;
25. Peraturan
Daerah No. 23 tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan;
I.2 LATAR BELAKANG
Sehat merupakan dambaan dari setiap orang, karena dengan kesehatan manusia dapat
melakukan aktivitas yang produktif dan berguna bagi diri sendiri,
keluarga, lingkungan dan warga bangsa Indonesia dan dunia. Dalam konteks UU
kesehatan No 36 tahun 2009 azas pembangunan kesehatan adalah perikemanusiaan,
keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,
gender, dan nondiskriminasi dan norma-norma agama. Sedangkan tujuan pembangunan
kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan, namun
bila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara kondisi derajat
kesehatan Indonesia masih relatif tertinggal Dalam rangka pencapaian Indonesia
Sehat (IS) 2010 serta kebijakan desentralisasi bidang kesehatan telah disusun
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/ Menkes/SK/IV/2000
tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju IS 2010 Nomor
1202/Menkes/SK/VII/2003 tentang Indikator IS 2010 dan Pedoman Penetapan
Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten Sehat Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003
tentang SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota Untuk mengukur keberhasilan
pembangunan kesehatan tersebut diperlukan indikator, antara lain Indikator IS,
dan Indikator Kinerja dari SPM bidang Kesehatan Indikator IS terdiri atas 50
indikator yang dapat digolongkan ke dalam: Indikator Derajat Kesehatan sebagai
Hasil Akhir, yang terdiri atas indikator-indikator untuk Mortalitas,
Morbiditas, dan Status Gizi Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas
indikator-indikator untuk Keadaan Lingkungan, Perilaku Hidup, Akses dan Mutu
Pelayanan Kesehatan Indikator Proses dan Masukan, yang terdiri atas
indikator-indikator untuk Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Manajemen
Kesehatan, dan Kontribusi Sektor Terkait Indikator Kinerja SPM bidang kesehatan
di Kabupaten/Kota terdiri atas 47 indikator kinerja dari 26 pelayanan bidang
kesehatan yang diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota, serta indikator kinerja
lainnya yang pelayanannya ada pada kabupaten/kota tertentu.
Misi
Pembangunan Kesehatan antara lain :
- Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan:
- Berbagai sektor pembangunan harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunan-nya: Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan.
- Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
- Kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta: Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang dapat dicapai
- Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
- Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat .
- Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
- Tugas utama sektor kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap warganya: Oleh karena itu upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah yang bersifat promotif-preventif yang didukung oleh upaya kuratif-rehabilitatif. Selain itu upaya penyehatan lingkungan juga harus diprioritaskan.
Rumah sakit merupakan salah satu
intitusi pemerintah yang bertugas untuk menjaga masyarakat untuk tetap sehat.
Upaya ini dilakukan dengan memberikan kualitas pelayanan yang baik,
menyiapkan fasilitas yang memadai, baik alat maupun alat penunjang lainnya.
Sehingga kepuasaan pasien dalam pelayanan dapat tercapai. Dalam konteks
kekiniannya masyarakat dalam beberapa perbincangan yang terbatas, baik diwarung
kopi, dirumah dan diruang publik lainnya acapkali mengeluh dengan pelayanan
rumah sakit daerah yang kurang profesional, ramah, bersih, nyaman,
birokrasi yang berbelit-belit dan masih banyak keluhan masyarakat lainnya yang
cenderung memberikan nilai negatif terhadap pelayanan kesehatan dirumah sakit,
dan kondisi ini telah berlangsung menahun seakan birokrasi rumah sakit
“menikmati” kondisi ini. Seharusnya era otonomi daerah semakin menggiatkan dan
meningkatkan semangat serta motivasi pemimpin rumah sakit untuk berbenah diri.
Keberpihakan pemerintah daerah
terhadap perbaikan kualitas pelayanan dan mutu kesehatan sepatutnya mendapat
perhatian khusus, karena komitmen pemerintah dalam memberikan pelayanan yang
bersahabat, nyaman, cepat dan profesional tentu menjadi hal yang penting
dilakukan, karena amanah konstitusi mewajibkan pemerintah daerah untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas tanpa melihat strata pasien, misalnya
dari Umum, Askes, Jamkesmas, Jamkeda, Jampersal,JKA atau apapun nama
programnya, singkatnya siapa saja yang datang ke rumah sakit wajib ditolong dan
rumah sakit tidak boleh menolaknya.
Dalam perkembangan manajemen RS
selama ini telah melewati dan akan menemui beberapa fase, fase pertama,
fase feodalistik (primitif, hirarki profesi medis, tidak efektif, power
driven). Kedua, birokratik (kaku tidak efektif, rule driven,
menentang perubahan, konservatif). Ketiga, manajerial (ada
perencanaan & SOP, Visi-Misi, tujuan, uraian tugas, berorientasi pada
proses, proses yang objektif.
Keempat, capacity building –peningkatan
kapasitas (SDM adalah aset utama, memanusiakan organisasi (Hayron A Fernandez,
2009). Dari beberapa fase diatas RS daerah masih cenderung berada pada fase
birokratik yang nota bene cenderung tidak mau berubah dan resisten terhadap
perubahan, walaupun sudah ada juga rumah sakit daerah yang masuk pada fase
manajerial, sedangkan fase capacity building masih berada pada tahap wacana
belum pada implementasi karena masih akan berbenturan dengan sistem dan budaya
organisasi RS yang masih kaku.
Sejalan dengan upaya mendorong
perubahan dan kualitas dan kemandirian rumah sakit, maka lahir peraturan
pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan badan layanan umum
dan revisi UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 yang mengamanatkan bahwa RS harus
menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Singkatnya RSUD yang sudah BLU akan
menjadi lembaga yang semi otonom dan mandiri dalam pengelolaan keseharian
terutama terkait dengan pengelolaan keuangan RS.
Keberadaan BLU akan memberikan
sinyal kuat bahwa masyarakat diperlakukan sebagai aset rumah sakit. Dimana RS
harus memberikan pelayanan yang berkualitas dan bermutu sehingga pelanggan
senang dan puas terhadap pelayanan RSUD. Pola lama yang masih menganggap bahwa
masyarakat adalah obyek RS ataupun subyek RS sudah harus digeser kepada minset
yang lebih moderat yakni, masyarakat adalah aset RS. Tingkat persaingan
pelayanan kesehatan semakin ketat, tercermin dari maraknya berdiri poliklinik,
RS swasta, dan pelayanan kesehatan lainnya. Apalagi saat ini juga sudah mulai
masuk rumah sakit asing ke Indonesia, walaupun untuk saat ini masih berada
dikota-kota besar, tapi tidak menutup kemungkinan akan masuk kedaerah.
Berkaca dari pengalaman selama ini,
dimana RS seringkali dintervensi oleh kepentingan politik yang cenderung
berakibat terhambatnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat, serta lambatnya
perkembangan dan kemajuan RSUD yang ada didaerah. Kondisi ini memprihatikan,
oleh karenanya butuh sikap arif dan bijaksana dari para pemangku kepentingan
untuk tidak mengintervensi kebijakan RSUD yang nyata-nyata sudah berjalan pada
koridor yang jelas (on the trac) dan bisa dipertanggung jawaban, tapi
karena ada sesuatu dan lain hal, maka kebijakan yang ada di RS daerah dianulir
atau dihambat. Keadaan ini jika terus menerus berlangsung maka akan menghambat
kreatifitas dan inovasi baru dalam peningkatan kualitas pelayanan publik
dibidang kesehatan Daerah (Sabiqul Khair
S 2012).
Untuk Mengukur keberhasilan Rumah
Sakit Umum Daerah Tais ( RSUD Tais ) sesuai dengan visi Departemen Kesehatan
Republik Indonesia yaitu “ Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat “ dan
Misinya “ Membuat Rakyat Sehat “ maka dalam hal ini diperlukan semacam
indikator dan akan dibahas lebih lanjut.
Rumah Sakit adalah bagian integral
dari sistem pelayanan kesehatan dalam memenuhi tujuan pembangunan kesehatan dan
saat ini rumah sakit menghadapi berbagai tantangan untuk dapat melaksanakan
fungsinya memberikan pelayanan kesehatan. RSUD Tais merupakan lembaga yang
dipimpin oleh seorang direktur yang secara teknis medis juga operasional
bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut rumah sakit
menerapkan pelayanan yang bersifat sosioekonomi, yaitu suatu usaha yang walau
bersifat sosial namun diusahakan agar bisa mendapat surplus keuangan dengan
cara pengelolaan yang bersifat profesional dengan memperhatikan prinsip-prinsip
ekonomi. Guna mencapai tujuan RSUD Tais diperlukan evaluasi dari
kegiatan–kegiatan yang sudah terlaksana. Evaluasi tersebut meliputi penilaian
tingkat keberhasilan atau gambaran tentang keadaan pelayanan di rumah sakit..
Kegiatan evaluasi ini memerlukan suatu indikator penilaian pelayanan rumah
sakit yang meliputi tingkat pemanfaatan
sarana pelayanan, mutu pelayanan,
dan tingkat efisiensi pelayanan.
Kegiatan evaluasi tentu tidak lepas hubungannya dengan fungsi
administratif rumah sakit yang dalam hal ini diperankan oleh bagian Rekam
Medik (RM). Data atau informasi yang lengkap, akurat, dan tepat waktu sangat
bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan di berbagai tingkat
administrasi.Perhitungan Bed Occupancy Rate (BOR) sebagai salah satu indikator yang menggambarkan tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit adalah prosentase
pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Menurut Barber Johnson
nilai ideal BOR adalah 75,85% sedangkan Kemenkes menentukan nilai ideal
sebesar 60,85%. Untuk perhitungan BOR ini maka data-data yang lengkap dan
akurat sangat dibutuhkan. Oleh karena hal tersebut di atas, maka pada
kesempatan ini kami akan memaparkan evaluasi pelayanan RSUD Tais melalui
perhitungan-perhitungan yang telah ditetapkan.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang
jenis dan mutu pelayanan dasar, dengan menggunakan indikator tertentu yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal.
Eksistensi SPM sangat penting bagi Pemerintah Daerah
(Pemda) kabupaten/ kota karena menjadi salah satu acuan bagi Pemda untuk
menyusun perencanaan dan penganggaran Pemda dan diterapkannya sistem penyusunan
APBD berbasis kinerja begitupun untuk menilai kinerja.
SPM bidang kesehatan meliputi 4 jenis pelayanan, yaitu
pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, penyelidikan
epidemiologi dan penaggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB), serta Promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai alat penilaian kinerja program
pelayanan, ditetapkan indikator kinerja dan standarnya.
Rumah
Sakit Umum Daerah Tais setiap tahunnya menyusun program dan rencana kegiatan dengan berdasarkan
pada SPM. Evaluasi program pelayanan kesehatan bagi masyarakat merupaka upaya
untuk melihat lebih jauh bagaimana program tersebut memenuhi
ukuran-ukuran/indikator kinerja, pemahaman, relevansi, efisiensi, efektifitas
program terhadap masyarakat. Oleh karena itu perlu dilaksanakan evaluasi pula
pertahun dengan menggunakan SPM sebagai indikator penilaian.
I.3 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAIS
Berdiri pada tahun 2005 dan di resmikan penggunaannya pada 3 Agustus 2006
oleh Bupati Seluma H. Murman Effendi,SE dan saat pertama kali beroperasi
terdiri dari 3 ( tiga ) gedung utama antara lain Unit Gawat Darurat, Gedung
Poliklinik dan Gedung Administrasi. RSUD Tais mempunyai lahan ± 10 hektare dan
ini merupakan aset dalam pengembangan Rumah Sakit dimasa yang akan datang.
Dalam perkembangannya saat ini, RSUD Tais telah meningkatkan fasilitas,
sarana dan prasarana juga tenaga profesional dalam mengejar ketertinggalan di
berbagai bidang. Selain mengejar ketertinggalan dibidang sarana dan prasarana,
RSUD Tais juga setahap demi setahap meningkatkan pelayanan demi tercapainya
Indikator Standar Pelayanan Minimal ( SPM ),
Indikator Millenium Development Goals (MDGs), mendukung sepenuhnya Rencana Strategis
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Seluma ( 2010 – 2015 ), dan yang
yang tidak kalah penting adalah tercapainya Akreditasi RSUD Tais dimasa yang
akan datang.
Untuk menilai pencapaian kinerja, maka RSUD Tais mempunyai
tolok ukur yang jelas dan terukur sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
tentang Indikator Standar Pelayanan Minimal, MDGs dan Tolok ukur dalam mencapai
target yang tercantum dalam Renstra Kabupaten Seluma 2010 – 2015.
Sasaran MDGs yang lain yaitu menurunkan angka kelaparan (kurang gizi)
menjadi setengahnya (50 persen) di tahun 2015 dibanding tahun 1996. Kemudian
menurunkan angka kematian bayi dan balita, juga menjadi setengahnya dibanding
tahun 1996. Lalu menurunkan angka kematian ibu sebanyak 75 persen,
mengendalikan penularan penyakit menular, khususnya TBC dan HIV, sehingga pada
tahun 2015 nanti jumlahnya tidak meningkat lagi tetapi justru menurun.
I.4 TUJUAN DAN
RUANG LINGKUP PEMBUATAN PROFIL
I.4.1 TUJUAN UMUM
- Mengetahui gambaran Pelayanan RSUD Tais
- Mengetahui Pencapaian Kinerja RSUD Tais
I.4.2 TUJUAN
KHUSUS
- Tersedianya
acuan dalam peningkatan kinerja di RSUD Tais
- Tersedianya
Data yang Valid, terkontrol setiap waktu
- Tersedianya
acuan dalam mencapai target baik itu Standar Pelayanan Minimal ( SPM ), MDGs,
juga dalam Mendukung Rencana Strategis Kabupaten Seluma 2010 – 2015.
BAB II
GAMBARAN UMUM
Kabupaten Seluma adalah Kabupaten hasil dari pemekaran
Kabupaten Bengkulu Selatan yang terletak pada posisi 03’49’55’66” LS –
04’21’40’22” LS dan 101’17’27’57”- 102’59’40’54” BT dengan Luas Wilayah ±
2.400,44 KM² ( 12,13 % ) dari luas Propinsi Bengkulu, berbatasan dengan :
-
Utara : Kota
Bengkulu
-
Selatan :
Kabupaten Bengkulu Selatan
-
Barat :
Samudera Indonesia
-
Timur :
Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
Penduduk
Seluma pada tahun 2008 berjumlah 202.062 jiwa dengan KK sebanyak 49.062, dengan
komposisi 104.916 jiwa laki – laki dan 97.146 jiwa perempuan.
II.1 Persebaran
Penduduk Seluma Berdasarkan Kecamatan
Jika dilihat persebaran penduduk berdasarkan kecamatan yang
ada di wilayah kabupaten seluma maka persebaran penduduk terpadat adalah
wilayah kecamatan Sukaraja ( 16,1 % ), hal ini di karenakan kecamatan ini lebih
dekat akses ke ibu kota Propinsi sehingga menjadi tujuan alternatif migrasi
penduduk setelah Kotamadya Bengkulu.
Sedangkan persebaran penduduk terendah adalah kecamatan
Seluma Barat ( 4,75 % ), hal ini dikarenakan kemungkinan masih luasnya areal
hutan dan lahan produksi sehingga mengakibatkan kurangnya pemukiman penduduk.
Berdasarkan Grafik 1 dibawah ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa semakin dekat suatu kecamatan terhadap kota bengkulu dan kota manna, maka
semakin tinggi jumlah penduduknya, hal ini di karenakan kabupaten Seluma adalah
Kabupaten yang baru berdiri tahun 2003 dan pola persebaran penduduk masih
mengikuti pola sebelumnya yaitu terkonsentrasi ke ibukota Kabupaten ( Manna )
dan ibukota Propinsi ( Bengkulu ).
Grafik1
Persebaran Penduduk Seluma Tahun 2008
Sumber : Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Seluma 2008
II.2 Penduduk Seluma
Berdasarkan Jenis Kelamin
Dalam tahun 2008 penduduk Seluma terdiri dari 51,9 % Laki –
laki dan sisanya perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel
berikut
Tabel 1
Komposisi Penduduk Seluma Berdasarkan Jenis Kelamin
Kecamatan
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
Sk
Raja
|
17020
|
15550
|
32570
|
Air
Periukan
|
10358
|
9572
|
19930
|
Lb
Sandi
|
5598
|
5121
|
10719
|
Seluma
Barat
|
4959
|
4643
|
9602
|
Seluma
Kota
|
5036
|
4831
|
9867
|
Seluma
Timur
|
6094
|
5869
|
11963
|
Seluma
Utara
|
5412
|
4697
|
10109
|
Seluma
Selatan
|
6360
|
5929
|
12289
|
Talo
|
5980
|
5710
|
11690
|
Ilir
Talo
|
7332
|
6989
|
14321
|
Ulu
Talo
|
5683
|
5206
|
10889
|
Talo
Kecil
|
5476
|
5053
|
10529
|
Semidang
Alas
|
8040
|
7383
|
15423
|
SAM
|
11568
|
10593
|
22161
|
JUMLAH
|
104916
|
97146
|
202062
|
Sumber : Data Kependudukan dan Catatan Sipil Seluma Tahun 2008
II.3 Penduduk Seluma
Berdasarkan Usia
Tabel 2
Komposisi Penduduk Seluma Berdasarkan Usia
Umur ( Tahun )
|
Jumlah
|
0-4
|
11097
|
5-9
|
11441
|
10-14
|
12161
|
15-19
|
13081
|
20-24
|
13045
|
25-29
|
15661
|
30-34
|
15969
|
35-39
|
16761
|
40-44
|
16961
|
45-49
|
16561
|
50-54
|
16061
|
55-59
|
15361
|
60-64
|
14461
|
>65
|
13441
|
Sumber : Data Kependudukan dan Catatan Sipil Seluma Tahun 2008
Berdasarkan tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase
tertinggi adalh penduduk berusia 40 – 44 tahun ( 8,39 % ), sedangkan terendah
adalah 0 – 4 tahun ( 5,49 % ).
Tabel 3
Komposisi Penduduk Menurut
Pekerjaan
PNS
|
7339
|
TNI
|
46
|
POLRI
|
250
|
Petani
Pangan
|
5047
|
Petani
Perkebunan
|
3272
|
Perikanan
|
43
|
Peternakan
|
200
|
Pedagang
|
6927
|
Jasa
|
467
|
Angkutan
|
868
|
Swasta
|
6403
|
Lain
– lain
|
171200
|
Sumber : Data Kependudukan dan Catatan Sipil Seluma Tahun 2008
Tabel 4
Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tidak/Belum
Sekolah
|
58780
|
SD/Sederajat
|
82481
|
SLTP/Sederajat
|
33785
|
SLTA/Sederajat
|
24086
|
Perguruan
Tinggi
|
2930
|
Sumber : Data Kependudukan dan Catatan Sipil Seluma Tahun 2008
Diagram 1
Masyarakat Miskin Terhadap
Penduduk Seluma
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma
Diagram 2
Cakupan Penduduk Seluma yang
terlayani Jamkesmas
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma
Grafik
Kunjungan
Pasien JAMKESMAS dan JAMPERSAL Tahun 2011
Sumber : Laporan Jamkesmas RSUD
Tais Tahun 2011
Kunjungan
tertinggi Pengguna JAMKESMAS dan JAMPERSAL adalah pada bulan Oktober untuk
rawat jalan ( 107 kunjungan ) dan bulan September untuk rawat inap ( 33
kunjungan ). Kunjungan terendah untuk pengunjung rawat jalan dan rawat inap
adalah pada bulan Februari ( masing – masing 11 dan 7 kunjungan ) .
Pelayanan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah
Tais Tahun 2011 meliputi :
a.
UGD
(Unit Gawat Darurat)
Adalah salah satu bagian di rumah
sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien
yang menderita sakit
dan cedera,
yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Di UGD Petugas yang memberi
pelayanan antara lain Dokter, Perawat. Saat tiba di UGD, pasien biasanya
menjalani pemilahan terlebih dahulu, anamnesis
untuk membantu menentukan sifat dan keparahan penyakitnya. Penderita yang
terkena penyakit serius biasanya lebih sering mendapat visite lebih sering oleh
dokter daripada mereka yang penyakitnya tidak begitu parah. Setelah penaksiran
dan penanganan awal, pasien bisa dirujuk ke RS, distabilkan dan dipindahkan ke RS lain
karena berbagai alasan, atau dikeluarkan. Kebanyakan UGD buka 24 jam, meski
pada malam hari jumlah staf yang ada di sana akan lebih sedikit. Jumlah pasien
di Unit Gawat Darurat RSUD Tais Tahun 2011 adalah 996 orang dengan kasus
tertinggi adalah kecelakaan lalulintas, kunjungan tertinggi adalah pada bulan
September ( 125 kunjungan ) dan kunjungan terendah pada bulan Januari dan
Agustus ( Masing – masing 56 kunjungan ), sedangkan Jumlah tenaga yang ada
adalah 15 orang perawat ( setiap dinas sore dan malam berjumlah 3 orang) 4
orang dokter umum ( dalam satu shift hanya satu orang ).
Grafik
Kunjungan Unit Gawat Darurat Tahun 2011
Sumber : Buku Register Unit Gawat Darurat Tahun 2011
Sedangkan Jumlah Kematian
di Unit Gawat Darurat Selama Tahun 2011 adalah 5 ( Lima ) dengan rincian 1 (
Satu ) Meninggal setelah sempat mendapat pelayanan dan 4 ( Empat ) orang telah
meninggal sebelum masuk Unit Gawat Darurat.
b.
Rawat
Inap
Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses
perawatan pasien oleh tenaga kesehatan
profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan
di rumah sakit . Ruang rawat inap adalah
ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang sekaligus. Saat ini, ruang
rawat inap di banyak rumah sakit sudah sangat mirip dengan kamar-kamar hotel.
Rawat inap
RSUD Tais terdiri dari tempat tidur,
Jumlah pasien rawat inap dalam kurun waktu satu tahun (2011) adalah 354 orang
dengan kunjungan tertinggi pada bulan September ( 49 kunjungan ) dan angka
terendah pada bulan Februari ( 9 kunjungan ). Tenaga pelayanan yang ada adalah
12 orang ( satu kali shift 2 orang ).
Grafik
Kunjungan
Rawat Inap Tahun 2011
Sumber : Buku Register Rawat Inap
2011
c.
Poli
Kebidanan
Poliklinik
Kebidanan adalah poliklinik yang
melakukan pelayanan medis, kebidanan (Ibu, Janin, Bayi) kepada seorang pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan kebidanan, tanpa
mengharuskan pasien tersebut dirawat inap. Keuntungannya, pasien
tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menginap (opname). Jumlah pasien poli
kebidanan tahun 2011 adalah 717 orang.Tenaga pelayanan yang ada adalah 2 orang
bidan dan pada pertengahan tahun 2011 mendapat tenaga dokter resident sebanyak
satu orang, diluar itu setiap rabu mendatangkan pelayanan spesialis kebidanan dan
kandungan ( MoU dengan RSUD M. Yunus ).
d.
Poliklinik Gigi
Poliklinik
gigi adalah poliklinik yang melakukan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut termasuk didalamnya seperti pencabutan gigi,
penambalan gigi dan lainnya. Jumlah pasien poli gigi tahun 2011 adalah 296
orang. Jumlah tenaga yang ada adalah 1 orang dokter gigi dan 1 orang perawat
gigi.
e.
Poliklinik
Bedah
Poliklinik
bedah adalah poliklinik yang melakukan
pelayanan Bedah kepada pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pembedahan, dan biasanya sangat berhubungan erat
dengan ruangan kamar operasi. Jumlah pasien poli bedah tahun 2011 adalah 216
orang. Titik kunjungan tertinggi pada bulan Juni dan April ( masing – masing 32 kunjungan ) dan
titik terendah pada bulan Januari ( 5 kunjungan ). Tenaga perawat yang ada 2
orang, sama dengan poliklinik yang lain, setiap hari rabu diadakan kunjungan
dokter spesialis bedah.
Sumber : Buku Register Poli Bedah RSUD Tais 2011
f.
Poliklinik
Penyakit Dalam
Poliklinik
penyakit dalam adalah poliklinik yang
melakukan pelayanan pada pasien dengan
tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan kasus – kasus yang dilayani seperti, penyakit menular
dsb . Tenaga perawat yang ada 2 orang.
g.
Poliklinik
Anak
Poliklinik
anak adalah poliklinik yang melakukan
pelayanan pada pasien anak –anak tujuan
pengamatan, diagnosis, pengobatan . Tenaga perawat yang ada
2 orang perawat. Jumlah kunjungan tertinggi pada bulan November 2011 ( 42
kunjungan ) dan terendah pada Januari dan April ( masing – masing 8 kunjungan
). Jumlah total kunjungan pada tahun 2011 adalah 305 Kunjungan.
Grafik
Kunjungan Poli Anak Tahun
2011
Sumber : Buku Register Poli Anak Tahun 2011
h. Apotek, Instalasi Farmasi
Sarana
farmasi yg melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan
obat atau bahan obat dan penyalur perbekalan farmasi yg harus menyebarkan obat yg diperlukan
masyarakat secara meluas dan merata.·
i.
Fisioterapi
Bentuk pelayanan Kesehatan yang
ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan ( fisik,
elektroterapeutis dan mekanis ), pelatihan fungsi, komunikasi.
Jumlah
kunjungan fisioterapi tahun 2011 adalah 313 kunjungan. Kunjungan tertinggi pada
bulan Maret ( 33 Kunjungan ) dan terendah pada bulan Desembar ( 15 Kunjungan ).
Grafik
Kunjungan
Fisioterapi Tahun 2011
Sumber : Buku
Register Fisioterapi Tahun 2011
j.
VK (
Verlos Kamer )
Verlos Kamer yang artinya ruang bersalin adalah ruang gawat
darurat pada pasien kebidanan. Kunjungan tertinggi pada bulan November ( 17
kunjungan ) dan terendah pada bulan Mei ( Tidak ada kunjungan ).
Grafik
Kunjungan
Verlos Kamer ( VK ) Tahun 2011
Sumber : Buku Register VK Tahun
2011
k. Radiologi
Radiologi
adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan pencitraan medis. Ini
dapat menggunakan mesin x-ray atau perangkat radiasi tersebut. Ini juga
menggunakan teknik yang tidak melibatkan radiasi, seperti MRI dan USG. Jumlah
kunjungan Radiologi tahun 2011 adalah 676 kunjungan.
l.
Laboratorium
Laboratorium klinik atau laboratorium
medis ialah laboratorium di mana berbagai macam tes dilakukan pada spesimen
biologis untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan pasien. Jumlah
kunjungan laboratorium tahun 2011 adalah 3400 kunjungan. Titik tertinggi ada
pada bulan
m. Medical Record
Medical Record/rekam medis, catatan kesehatan, dan grafik medis yang digunakan agak
bergantian untuk menggambarkan dokumentasi sistematis satu pasien riwayat
medis dan perawatan sepanjang waktu dalam
yurisdiksi satu dokter tertentu. Catatan medis meliputi berbagai jenis “catatan”
masuk dari waktu ke waktu oleh para profesional perawatan kesehatan, pengamatan
pencatatan dan pemberian obat dan terapi, perintah untuk pemberian obat dan
terapi, hasil tes, x-ray, laporan, dll pemeliharaan catatan medis yang lengkap
dan akurat adalah kebutuhan penyedia layanan kesehatan dan umumnya diberlakukan
sebagai prasyarat lisensi atau sertifikasi.
n. Instalasi Gizi
Suatu
ruangan penunjang pelayanan yang dalam tugasnya melayani
terapi gizi pasien rawat inap dan rawat jalan. Kegiatan yang dilakukan meliputi
: Pengadaan makanan dengan berbagai menu pilihan, konsultsi diet dsb.Jumlah
pasien yang di sediakan kebutuhan gizinya oleh instalasi gizi RSUD Tais tahun
2011 adalah 354 pasien.
Ruangan
yang ada dan masih dalam tahapan pengembangan dan ruangan pendukung pelayanan
di RSUD Tais antara lain :
a.
OK
( Operatie Kamer )
b.
UTD
( Unit Tranfusi Darah )
c.
Laundry
Diagram
Kunjungan
Terbanyak berdasarkan wilayah asal
pasien
Sumber :Total Rekap Register Pasien Poliklinik RSUD Tais
2011
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma tahun 2008,
terdapat 22 kematian dari 4.886 bayi Lahir Hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi
tingkat kematian bayi tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling
dominan dan faktor yang kurang dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau
faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil,
serta kesediaan masyarakat untuk merubah kebiasan hidup secara tradisional
mencari kebiasaan moderen dalam bidang kesehatan, merupakan faktor-faktor yang
sangat berpengaruh terhadap jumlah kematian bayi.
Jumlah kematian balita didapat berdasarkan data dari Profil
Kesehatan Kabupaten Seluma pada tahun 2008, dari 15.641 balita, ada 4 balita
yang mati. Angka ini berarti mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan
tahun 2007 yaitu sebanyak 2 orang dari 15.473 balita. Hal ini diperkirakan
karena belum maksimalnya akses terhadap pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan.
Jumlah kematian ibu diperoleh melalui data Laporan
Tahunan Program ibu didapati sebanyak 3 orang dari 4.893 ibu bersalin meninggal
pada saat persalinan. Penyakit Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan
nomor 2 terbesar pada masyarakat di Kabupaten Seluma. Kasus penyakit TB paru di
Kabupaten Seluma sebanyak 527 klinis /suspect. Pelaksanaan program
penanggulangan penyakit TB Paru sampai tahun 2008 terlihat cukup berhasil
sehingga dapat menurunkan prevalensi Penyakit TB paru. Jumlah kasus TB yang
terdeteksi pada tahun 2008 sebanyak 527 kasus, dengan BTA (+), 33 kasus dari
kasus tersebut terdapat 56 kasus yang diobati dan 11 kasus yang berhasil sembuh
dan yang mendapat pengobatan lengkap sebanyak 20 kasus ( Dinas Kesehatan
Kabupaten Seluma Tahun 2008 ).
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN DAN AKSES, MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT
IV.1 PERSENTASE AKSES KETERSEDIAAN DARAH UNTUK BUMIL DAN
NEONATUS YG DIRUJUK (TABEL 27 SPM ).
Rumah Sakit Umum Daerah Tais belum menyediakan Darah karena
keterbatasan daya listrik yang dipunyai RSUD Tais dan sarana penyimpanan darah
yang layak sehingga belum dapat menyimpan darah, ini sangat berpengaruh
terhadap tingginya angka Over Opname atau Rujukan, sehingga dimasa yang akan
datang RSUD Tais mempunyai target memfungsikan UTD ( Unit Tranfusi Darah ).
IV.2 JUMLAH KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN (TABEL 35 SPM ).
Pada tahun 2011 RSUD Tais samasekali tidak mempunyai
kegiatan formal penyuluhan kesehatan baik itu internal maupun eksternal, hal
ini berpengaruh terhadap pemahaman masyarakat tentang persepsi pelayanan Rumah
Sakit yang dampaknya berpengaruh terhadap tinggi rendahnya angka kunjungan.
IV.3 CAKUPAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PRA BAYAR
(TABEL 36 SPM ).
Dalam Tahun 2011, dari total penduduk Seluma 202.062 Jiwa, 96.727
Jiwa
adalah masyarakat miskin, 88.763 Jiwa yang tercover Jamkesmas dan sebagian
besar terlayani di RSUD Tais. Sementara
Total Kunjungan peserta ASKES dalam tahun ini adalah 922 kunjungan. Pada grafik
kunjungan Askes tampak sangat dipengaruhi adanya dokter spesialis. Kurangnya
sarana penunjang yang ada dan kualitas pelayanan yang masih rendah yang
dampaknya akan mempengaruhi rendahnya kunjungan pasien Askes.
Grafik 1
Grafik2
Kunjungan Pasien ASKES di RSUD Tais
Kurun waktu 2011
Sumber : ASKES RSUD Tais Kabupaten Seluma
IV.4 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN (TABEL
37 SPM ).
Dari 88.763 Jiwa masyarakat miskin, kurang dari 50 % yang
memanfaatkan pelayanan Rumah Sakit, hal ini kemungkinan dipengaruhi pola pikir
masyarakat, Jauhnya jarak RS, Kurangnya informasi tentang Rumah Sakit, hal ini
bisa diatasi dengan mengurangi penyebab yang ada.
IV.5 PERSENTASE PELAYANAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA
FORMAL (TABEL 38 SPM ).
Masih minimnya kerjasama dengan penyedia asuransi
kesehatan, tuntutan peserta jaminan kesehatan yang menginginkan pelayanan
bermutu adalah penyebab dari kurangnya kunjungan para pekerja formal ( PNS,
TNI, POLRI, dsb ) sehingga para pekerja formal lebih mempercayai pelayanan
kesehatan ke RS lain atau ke klinik swasta. Harapan dimasa yang akan datang
Rumah Sakit Umum Tais perlahan – lahan mampu bersaing dengan penyedia pelayanan
yang lain dengan cara menyediakan produk unggulan selain kunjungan spesialistik
setiap hari rabu yang telah dilaksanakan, seperti adanya haemodialisa, home
care dan penyediaan ruang khusus perawatan VIP untuk masyarakat yang
membutuhkan pelayanan lebih.
IV.6 PELAYANAN PRA USILA DAN USILA (TABEL 39 SPM ).
Untuk pelayanan pra usila dan usila, pelayanan RSUD Tais
sudah cukup maksimal, akan tetapi faktor – faktor yang berpengaruh terhadap
kunjungan ini seperti pengaruh keluarga, pendidikan keluarga dan pengambil
keputusan dalam keluarga sangat berpengaruh, dalam hal ini rumah sakit dapat membuat
program seperti lebih sering melakukan konseling terhadap pasien dan keluarga,
adanya perhatian khusus terhadap pasien langganan/ pasien lama. Jumlah pasien
baru pra usila dan usila di RSUD Tais tahun 2011 adalah 44 orang,
IV.7 PERSENTASE
DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV-AIDSJUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN , RAWAT
INAP (TABEL 42 SPM ).
Angka ini belum bisa didapatkan dikarenakan belum adanya fasilitas
untuk diskrining terhadap HIV-AIDS sehingga belum bisa di lakukan.
IV.8 KEMAMPUAN LABKES DAN MEMILIKI 4 SPESIALIS DASAR (TABEL
43 SPM ).
Laboratorium RSUD Tais sudah mampu melaksanakan pelayanan
Labkes sejak tahun 2006 dan melaksanakan pelayanan spesialistik setiap hari
rabu sejak tahun 2007. Kunjungan Spesialis sangat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan
pasien terutama di rawat jalan RSUD Tais. Peningkatan kunjungan pasien lebih
dari 100 persen dibandingkan dengan hari – hari biasa tanpa kunjungan
spesialistik, ini berarti adanya dokter spesialis berpengaruh secara signifikan
terhadap jumlah kunjungan pasien.
Jumlah Kunjungan Laboratorium RSUD Tais tahun 2011 adalah
3400 kunjungan. Berarti dalam sebulan rata – rata kunjungan adalah 283,3.
IV.9 KETERSEDIAAN
OBAT SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR (TABEL 44 SPM ).
Ketersediaan
obat di instalasi farmasi, apotik sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien
yang berkunjung, persediaan obat pada tahun 2011 dapat dilihat pada lampiran.
IV.10 INDIKATOR
PELAYANAN RUMAH SAKIT
1.
INDIKATOR 1 UNIT GAWAT DARURAT
Pencapaian yang di dapat Unit
Gawat darurat RSUD Tais yaitu jam buka
pelayanan, ketersediaan tim penanggulangan bencana, tidak adanya pasien yang
harus bayar uang muka, masing – masing telah mencapai target yang di tetapkan.
Sedangkan target yang belum tercapai antara lain kemampuan live saving anak dan
dewasa 0 % ( Target 100 %), pemberi
pelayanan gawat darurat yang bersertifikat
15,7 % ( Target 100 % ), waktu tanggap pelyanan dokter lebih dari 5 menit ( Target 5 menit atau
kurang ), serta survey kepuasan kurang dari 70 % Pengguna pelayanan ( Target 70
% lebih).(Lampiran 1).
2.
INDIKATOR 2 RAWAT JALAN
Pencapaian Indikator Rawat
Jalan yang telah tercapai antara lain ketersediaan pelayanan ( 100 % ), Jam
buka pelayanan ( Jam 08.00 – 14.00 ), penegakkan diagnosa TB melalui
pemeriksaan mikroskopis TB 100 % ( Target 60 % atau lebih ), terlaksananya pencatatan dan pelaporan TB di
RS 100 % ( Target 60 % atau lebih ), sedangkan target yang belum tercapai
diantaranya dokter pemberi pelayanan masih di dominasi dokter umum kecuali hari
rabu ( Target setiap hari pelayanan harus spesialis ), waktu tunggu pelayanan
lebih dari 60 menit ( Target 60 menit atau kurang ), kepuasan pasien 80 % (
Target 90 % lebih atau lebih ). (Lampiran 2 ).
3.
INDIKATOR 3 RAWAT INAP
Pencapaian Indikator SPM untuk
Rawat inap antara lain, perawat pemberi pelayanan berpendidikan minimal D III
keperawatan 100 % ( Target 100 % ). Tidak adanya kejadian jatuh yang
menimbulkan kecacatan ataupun kematian 100 % ( Target 100 % ). Sedangkan yang belum
tercapai diantaranya, Dokter pemberi pelayanan Visite setiap hari harus Dokter
Spesialis 0% ( Target 100 % ), pemisahan antara ruang inap bedah, anak,
penyakit dalam dan kebidanan 0 % ( Target 100 % ), Kematian pasien > 48 jam
tidak tercatat ( Target ≤ 0,24 % ), kejadian pulang paksa tak tercatat ( Target
≤ 5 % ) sedangkan kepuasan pelanggan 11 % ( Target 90 % ).( Lampiran 3 ).
4.
INDIKATOR 4 KEBIDANAN
Tidak adanya data dari Kebidanan maka indikator SPM
Kebidanan tidak bisa dinilai.
5.
INDIKATOR 5 RADIOLOGI
Indikator yang tercapai dan tercover antara lain, waktu
tunggu lebih kurang 1 jam (≤ 3 Jam ), Kepuasan pelanggan 80 % ( Target 80 %
atau lebih ) sedangkan pelaksana ekspertisi adalah Dokter Spesialis radiologi
0% ( Target 100 % ), kerusakan foto tak ada data ( target ≤ 2 %). (Lampiran).
6.
INDIKATOR 6 FARMASI DAN APOTEK
Pencapaian dari kefarmasian antara lain waktu tunggu
pelayanan sudah mencapai target, tidak adanya kesalahan pemberian obat,
kepuasan pelanggan sudah mendekati target, penulisan sesuai formularium 100 %
mencapai target.( Lampiran ).
7.
INDIKATOR 7 LAYANAN GIZI
Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien 90% lebih,
Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien tak tercatat, tidak adanya
kesalahan pemberian diet 100%.
8.
INDIKATOR 8 MEDICAL RECORD,GAKIN
Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada
setiap unit pelayanan 100 %, kelengkapan pengisian rekam medik24 jam setelah
selesai pelayanan 67 % ( Target 100 %), kelengkapan informed consent setelah
mendapatkan informasi yang jelas 80 % ( Target 100 % ), Waktu penyediaan
dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan 10 menit ( target 10 menit
),(Lampiran).
9.
INDIKATOR 9 ADMINISTRASI DAN MENAJEMEN
Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan direksi hampir
100 %, Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja 20 5 ( Target 100 % ),
ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat 100%, ketepatan waktu pengurusan
gaji berkala 100 %, karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam setahun 2 %
( Target ≥ 60 % ), cost recovery belum
tercatat, ketepatan waktu penyusunan laporan keuanga 98 % ( Target 100%),
kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat inap maksimal
2 jam ( Target maksimal 2 jam ), ketepatan waktu pemberian insentif tidak
tercatat ( Target 100 % ).
10. INDIKATOR 10
PELAYANAN AMBULANCE
Waktu pelayanan ambulance 24 jam, waktu tanggap
pemulasaraan jenazah sesuai target kurang dari 2 jam.
11. INDIKATOR 11
SARANA DAN PRASARANA
Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat 80 % ( Trget 80 %
), ketepatan waktu pemeliharaan alat 25 % ( Target 100 % ). Peralatan labor dan
alat ukur yang digunakan dalam pelayanan terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan
ketentuan kalibrasi belum tercapai.
12. INDIKATOR
12 LOUNDRY
Tidak adanya kejadian linen yang hilang 80 % ( Target 100 %
).Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap 75 % ( Target 100 %
).
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui
tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit.
Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap
BOR (Bed Occupancy Ratio =
Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005). BOR RSUD Tais Tahun 2011 adalah 17,8 %.
AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Nilai AVLOS RSUD Tais Tahun 2011 adalah 2,2.
TOI (Turn Over Interval =
Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Nilai TOI RSUD Tais Tahun 2011 adalah 10,1 dan ini berarti tempat tidur yang telah di tinggalkan pasien terakhir menempati, butuh waktu 10,1 hari agar terisi pasien rawat yang baru.
BTO (Bed Turn Over = Angka
perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Nilai BTO RSUD Tais Tahun 2011 adalah 29,5 berarti satu tempat tidur dipakai rata – rata 29,5 kali.
NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit.
Nilai NDR RSUD Tais Tahun 2011 Nihil, karena tidak adanya kasus kematian setelah dirawat 48 jam.
Nilai NDR RSUD Tais Tahun 2011 Nihil, karena tidak adanya kasus kematian setelah dirawat 48 jam.
GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar. Angka GDR RSUD Tais Tahun 2011 adalah 5,02 per seribu