Kamis, 06 Desember 2012

PROFIL RSUD TAIS 2011


BAB I
PENDAHULUAN
I.1  LANDASAN HUKUM
1.         Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2.         Undang-undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Muko muko, Kabupaten Seluma dan Kabupaten Kaur di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4266);
3.         Undang-Undang Nomor l7 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
4.         Undang-Undang Nomor I tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
5.         Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,,
6.         Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang program Pembangunan Nasional tahun 2000 – 2005,
7.         Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenanga Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom,
8.         Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggara Pemerintah Daerah,
9.         Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2003 tentang pedoman organisasi perangkat daerah (Lembaran Negara tahun 2001No. 14, tambahan lembaran negara No. 42621),
10.     Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah,
11.     Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara RI sebagaimana telah beberapa kali diiubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 62 Tahun 2005
12.     Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,
13.     Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
14.     Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal,
15.     Keputusan Menteri pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 28 tahun 2004 tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik,
16.     Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 61 / Menkes/ SK /l/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Propinsi, Kabupaten/ Kota dan Rumah Sakit ,
17.     Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228 / MenKes/SK/ III/ 2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minirnal Rumah Sakit Yang Wajib Dilaksanakan Daerah ,
18.     Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575/ Menkes/ SK / II /2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan,
19.     Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis tentang penyusunan dan penetapan Standar Pelayanan Minimal.
20.     Keputusan Menteri Kesehatan RI No. DM.02.07/I.III.2/2349/2010 hasil Visitasi;
21.     Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 983/Menkes/SK/IV/93 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum;
22.     Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
23.     Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1171/MENKES/PER/VI/2001 Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit;
24.     Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik No. 811/2/2/VII/1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kerja Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum;
25.     Peraturan Daerah No. 23 tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan;

I.2  LATAR BELAKANG

Sehat merupakan dambaan dari setiap orang, karena dengan kesehatan manusia dapat melakukan aktivitas yang produktif  dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan dan warga bangsa Indonesia dan dunia. Dalam konteks UU kesehatan No 36 tahun 2009 azas pembangunan kesehatan adalah perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, dan nondiskriminasi dan norma-norma agama. Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan, namun bila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara kondisi derajat kesehatan Indonesia masih relatif tertinggal Dalam rangka pencapaian Indonesia Sehat (IS) 2010 serta kebijakan desentralisasi bidang kesehatan telah disusun Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/ Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju IS 2010 Nomor 1202/Menkes/SK/VII/2003 tentang Indikator IS 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten Sehat Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan indikator, antara lain Indikator IS, dan Indikator Kinerja dari SPM bidang Kesehatan Indikator IS terdiri atas 50 indikator yang dapat digolongkan ke dalam: Indikator Derajat Kesehatan sebagai Hasil Akhir, yang terdiri atas indikator-indikator untuk Mortalitas, Morbiditas, dan Status Gizi Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk Keadaan Lingkungan, Perilaku Hidup, Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Indikator Proses dan Masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Manajemen Kesehatan, dan Kontribusi Sektor Terkait Indikator Kinerja SPM bidang kesehatan di Kabupaten/Kota terdiri atas 47 indikator kinerja dari 26 pelayanan bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota, serta indikator kinerja lainnya yang pelayanannya ada pada kabupaten/kota tertentu.
Misi Pembangunan Kesehatan antara lain :
  1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan:
  2. Berbagai sektor pembangunan harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunan-nya: Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan.
  3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
  4. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta: Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang dapat dicapai
  5. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
  6. Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat .
  7. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
  8. Tugas utama sektor kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap warganya: Oleh karena itu upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah yang bersifat promotif-preventif yang didukung oleh upaya kuratif-rehabilitatif. Selain itu upaya penyehatan lingkungan juga harus diprioritaskan.

Rumah sakit merupakan salah satu intitusi pemerintah yang bertugas untuk menjaga masyarakat untuk tetap sehat. Upaya ini dilakukan dengan memberikan kualitas pelayanan  yang baik, menyiapkan fasilitas yang memadai, baik alat maupun alat penunjang lainnya. Sehingga kepuasaan pasien dalam pelayanan dapat tercapai. Dalam konteks kekiniannya masyarakat dalam beberapa perbincangan yang terbatas, baik diwarung kopi, dirumah dan diruang publik lainnya acapkali mengeluh dengan pelayanan rumah sakit daerah yang kurang  profesional, ramah, bersih, nyaman, birokrasi yang berbelit-belit dan masih banyak keluhan masyarakat lainnya yang cenderung memberikan nilai negatif terhadap pelayanan kesehatan dirumah sakit, dan kondisi ini telah berlangsung menahun seakan birokrasi rumah sakit “menikmati” kondisi ini. Seharusnya era otonomi daerah semakin menggiatkan dan meningkatkan semangat serta motivasi pemimpin rumah sakit untuk berbenah diri.
Keberpihakan pemerintah daerah terhadap perbaikan kualitas pelayanan dan mutu kesehatan sepatutnya mendapat perhatian khusus, karena komitmen pemerintah dalam memberikan pelayanan yang bersahabat, nyaman, cepat dan profesional tentu menjadi hal yang penting dilakukan, karena amanah konstitusi mewajibkan pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan yang berkualitas tanpa melihat strata pasien, misalnya dari Umum, Askes, Jamkesmas, Jamkeda, Jampersal,JKA atau apapun nama programnya, singkatnya siapa saja yang datang ke rumah sakit wajib ditolong dan rumah sakit tidak boleh menolaknya.
Dalam perkembangan manajemen RS selama ini telah melewati dan akan menemui beberapa fase, fase pertama, fase feodalistik (primitif, hirarki profesi medis, tidak efektif, power driven).  Kedua, birokratik (kaku tidak efektif, rule driven, menentang perubahan, konservatif). Ketiga, manajerial  (ada perencanaan & SOP, Visi-Misi, tujuan, uraian tugas, berorientasi pada proses, proses yang objektif.
Keempat, capacity building –peningkatan kapasitas (SDM adalah aset utama, memanusiakan organisasi (Hayron A Fernandez, 2009). Dari beberapa fase diatas RS daerah masih cenderung berada pada fase birokratik yang nota bene cenderung tidak mau berubah dan resisten terhadap perubahan, walaupun sudah ada juga rumah sakit daerah yang masuk pada fase manajerial, sedangkan fase capacity building masih berada pada tahap wacana belum pada implementasi karena masih akan berbenturan dengan sistem dan budaya organisasi RS yang masih kaku.
Sejalan dengan upaya mendorong perubahan dan kualitas dan kemandirian rumah sakit, maka lahir peraturan pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan badan layanan umum dan revisi UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 yang mengamanatkan bahwa RS harus menjadi Badan Layanan Umum  (BLU). Singkatnya RSUD yang sudah BLU akan menjadi lembaga yang semi otonom dan mandiri dalam pengelolaan keseharian terutama terkait dengan pengelolaan keuangan RS.
Keberadaan BLU akan memberikan sinyal kuat bahwa masyarakat diperlakukan sebagai aset rumah sakit. Dimana RS harus memberikan pelayanan yang berkualitas dan bermutu sehingga pelanggan senang dan puas terhadap pelayanan RSUD. Pola lama yang masih menganggap bahwa masyarakat adalah obyek RS ataupun subyek RS sudah harus digeser kepada minset yang lebih moderat yakni, masyarakat adalah aset RS. Tingkat persaingan pelayanan kesehatan semakin ketat, tercermin dari maraknya berdiri poliklinik, RS swasta, dan pelayanan kesehatan lainnya. Apalagi saat ini juga sudah mulai masuk rumah sakit asing ke Indonesia, walaupun untuk saat ini masih berada dikota-kota besar, tapi tidak menutup kemungkinan akan masuk kedaerah.
Berkaca dari pengalaman selama ini, dimana RS seringkali dintervensi oleh kepentingan politik yang cenderung berakibat terhambatnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat, serta lambatnya perkembangan dan kemajuan RSUD yang ada didaerah. Kondisi ini memprihatikan, oleh karenanya butuh sikap arif dan bijaksana dari para pemangku kepentingan untuk tidak mengintervensi kebijakan RSUD yang nyata-nyata sudah berjalan pada koridor yang jelas (on the trac) dan bisa dipertanggung jawaban, tapi karena ada sesuatu dan lain hal, maka kebijakan yang ada di RS daerah dianulir atau dihambat. Keadaan ini jika terus menerus berlangsung maka akan menghambat kreatifitas dan inovasi baru dalam peningkatan kualitas pelayanan publik dibidang kesehatan Daerah (Sabiqul Khair  S 2012).
Untuk Mengukur keberhasilan Rumah Sakit Umum Daerah Tais ( RSUD Tais ) sesuai dengan visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia yaitu “ Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat “ dan Misinya “ Membuat Rakyat Sehat “ maka dalam hal ini diperlukan semacam indikator dan akan dibahas lebih lanjut.
Rumah Sakit adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan dalam memenuhi tujuan pembangunan kesehatan dan saat ini rumah sakit menghadapi berbagai tantangan untuk dapat melaksanakan fungsinya memberikan pelayanan kesehatan. RSUD Tais merupakan lembaga yang dipimpin oleh seorang direktur yang secara teknis medis juga operasional bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut rumah sakit menerapkan pelayanan yang bersifat sosio­ekonomi, yaitu suatu usaha yang walau bersifat sosial namun diusahakan agar bisa mendapat surplus keuangan dengan cara pengelolaan yang bersifat profesional dengan memperhatikan prinsip-­prinsip ekonomi. Guna mencapai tujuan RSUD Tais diperlukan evaluasi dari kegiatan–kegiatan yang sudah terlaksana. Evaluasi tersebut meliputi penilaian tingkat keberhasilan atau gambaran tentang keadaan pelayanan di rumah sakit.. Kegiatan evaluasi ini memerlukan suatu indikator penilaian pelayanan rumah sakit yang meliputi tingkat pemanfaatan sarana pelayanan, mutu pelayanan, dan tingkat efisiensi pelayanan. Kegiatan evaluasi tentu tidak lepas hubungannya dengan fungsi administratif  rumah sakit yang dalam hal ini diperankan oleh bagian Rekam Medik (RM). Data atau informasi yang lengkap, akurat, dan tepat waktu sangat bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan di berbagai tingkat administrasi.Perhitungan Bed Occupancy Rate (BOR) sebagai salah satu indikator yang menggambarkan tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Menurut Barber Johnson nilai ideal BOR adalah 75,­85% sedangkan Kemenkes menentukan nilai ideal sebesar 60,­85%. Untuk perhitungan BOR ini maka data­-data yang lengkap dan akurat sangat dibutuhkan. Oleh karena hal tersebut di atas, maka pada kesempatan ini kami akan memaparkan evaluasi pelayanan RSUD Tais melalui perhitungan-perhitungan yang telah ditetapkan.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar, dengan menggunakan indikator tertentu yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
Eksistensi SPM sangat penting bagi Pemerintah Daerah (Pemda) kabupaten/ kota karena menjadi salah satu acuan bagi Pemda untuk menyusun perencanaan dan penganggaran Pemda dan diterapkannya sistem penyusunan APBD berbasis kinerja begitupun untuk menilai kinerja.
SPM bidang kesehatan meliputi 4 jenis pelayanan, yaitu pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, penyelidikan epidemiologi dan penaggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB), serta Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai alat penilaian kinerja program pelayanan, ditetapkan indikator kinerja dan standarnya.
Rumah Sakit Umum Daerah Tais setiap tahunnya menyusun program dan rencana kegiatan dengan berdasarkan pada SPM. Evaluasi program pelayanan kesehatan bagi masyarakat merupaka upaya untuk melihat lebih jauh bagaimana program tersebut memenuhi ukuran-ukuran/indikator kinerja, pemahaman, relevansi, efisiensi, efektifitas program terhadap masyarakat. Oleh karena itu perlu dilaksanakan evaluasi pula pertahun dengan menggunakan SPM sebagai indikator penilaian.

I.3 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAIS

Berdiri pada tahun 2005 dan di resmikan penggunaannya pada 3 Agustus 2006 oleh Bupati Seluma H. Murman Effendi,SE dan saat pertama kali beroperasi terdiri dari 3 ( tiga ) gedung utama antara lain Unit Gawat Darurat, Gedung Poliklinik dan Gedung Administrasi. RSUD Tais mempunyai lahan ± 10 hektare dan ini merupakan aset dalam pengembangan Rumah Sakit dimasa yang akan datang.
Dalam perkembangannya saat ini, RSUD Tais telah meningkatkan fasilitas, sarana dan prasarana juga tenaga profesional dalam mengejar ketertinggalan di berbagai bidang. Selain mengejar ketertinggalan dibidang sarana dan prasarana, RSUD Tais juga setahap demi setahap meningkatkan pelayanan demi tercapainya Indikator Standar Pelayanan Minimal ( SPM ),  Indikator Millenium Development Goals (MDGs),  mendukung sepenuhnya Rencana Strategis Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Seluma ( 2010 – 2015 ), dan yang yang tidak kalah penting adalah tercapainya Akreditasi RSUD Tais dimasa yang akan datang.
Untuk menilai pencapaian kinerja, maka RSUD Tais mempunyai tolok ukur yang jelas dan terukur sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Indikator Standar Pelayanan Minimal, MDGs dan Tolok ukur dalam mencapai target yang tercantum dalam Renstra Kabupaten Seluma 2010 – 2015.
Sasaran MDGs yang lain yaitu menurunkan angka kelaparan (kurang gizi) menjadi setengahnya (50 persen) di tahun 2015 dibanding tahun 1996. Kemudian menurunkan angka kematian bayi dan balita, juga menjadi setengahnya dibanding tahun 1996. Lalu menurunkan angka kematian ibu sebanyak 75 persen, mengendalikan penularan penyakit menular, khususnya TBC dan HIV, sehingga pada tahun 2015 nanti jumlahnya tidak meningkat lagi tetapi justru menurun.

I.4 TUJUAN DAN RUANG LINGKUP PEMBUATAN PROFIL

I.4.1 TUJUAN UMUM

- Mengetahui gambaran Pelayanan RSUD Tais
- Mengetahui Pencapaian Kinerja RSUD Tais


I.4.2 TUJUAN KHUSUS

-   Tersedianya acuan dalam peningkatan kinerja di RSUD Tais
-   Tersedianya Data yang Valid, terkontrol setiap waktu
-   Tersedianya acuan dalam mencapai target baik itu Standar Pelayanan Minimal ( SPM ), MDGs, juga dalam Mendukung Rencana Strategis Kabupaten Seluma 2010 – 2015.
 
BAB II
GAMBARAN UMUM


Kabupaten Seluma adalah Kabupaten hasil dari pemekaran Kabupaten Bengkulu Selatan yang terletak pada posisi 03’49’55’66” LS – 04’21’40’22” LS dan 101’17’27’57”- 102’59’40’54” BT dengan Luas Wilayah ± 2.400,44 KM² ( 12,13 % ) dari luas Propinsi Bengkulu, berbatasan dengan :
-          Utara           : Kota Bengkulu
-          Selatan        : Kabupaten Bengkulu Selatan
-          Barat            : Samudera Indonesia
-          Timur           : Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
Penduduk Seluma pada tahun 2008 berjumlah 202.062 jiwa dengan KK sebanyak 49.062, dengan komposisi 104.916 jiwa laki – laki dan 97.146 jiwa perempuan.

II.1  Persebaran Penduduk Seluma Berdasarkan Kecamatan
Jika dilihat persebaran penduduk berdasarkan kecamatan yang ada di wilayah kabupaten seluma maka persebaran penduduk terpadat adalah wilayah kecamatan Sukaraja ( 16,1 % ), hal ini di karenakan kecamatan ini lebih dekat akses ke ibu kota Propinsi sehingga menjadi tujuan alternatif migrasi penduduk setelah Kotamadya Bengkulu.
Sedangkan persebaran penduduk terendah adalah kecamatan Seluma Barat ( 4,75 % ), hal ini dikarenakan kemungkinan masih luasnya areal hutan dan lahan produksi sehingga mengakibatkan kurangnya pemukiman penduduk.
Berdasarkan Grafik 1 dibawah ini dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin dekat suatu kecamatan terhadap kota bengkulu dan kota manna, maka semakin tinggi jumlah penduduknya, hal ini di karenakan kabupaten Seluma adalah Kabupaten yang baru berdiri tahun 2003 dan pola persebaran penduduk masih mengikuti pola sebelumnya yaitu terkonsentrasi ke ibukota Kabupaten ( Manna ) dan ibukota Propinsi ( Bengkulu ).
Grafik1
Persebaran Penduduk Seluma Tahun 2008
Sumber : Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Seluma 2008

II.2  Penduduk Seluma Berdasarkan Jenis Kelamin
Dalam tahun 2008 penduduk Seluma terdiri dari 51,9 % Laki – laki dan sisanya perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut



Tabel 1
Komposisi Penduduk Seluma Berdasarkan Jenis Kelamin

Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sk Raja
17020
15550
32570
Air Periukan
10358
9572
19930
Lb Sandi
5598
5121
10719
Seluma Barat
4959
4643
9602
Seluma Kota
5036
4831
9867
Seluma Timur
6094
5869
11963
Seluma Utara
5412
4697
10109
Seluma Selatan
6360
5929
12289
Talo
5980
5710
11690
Ilir Talo
7332
6989
14321
Ulu Talo
5683
5206
10889
Talo Kecil
5476
5053
10529
Semidang Alas
8040
7383
15423
SAM
11568
10593
22161
JUMLAH
104916
97146
202062
Sumber : Data Kependudukan dan Catatan Sipil Seluma Tahun 2008

II.3  Penduduk Seluma Berdasarkan Usia
Tabel 2
Komposisi Penduduk Seluma Berdasarkan Usia

Umur ( Tahun )
Jumlah
0-4
11097
5-9
11441
10-14
12161
15-19
13081
20-24
13045
25-29
15661
30-34
15969
35-39
16761
40-44
16961
45-49
16561
50-54
16061
55-59
15361
60-64
14461
>65
13441
Sumber : Data Kependudukan dan Catatan Sipil Seluma Tahun 2008
Berdasarkan tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase tertinggi adalh penduduk berusia 40 – 44 tahun ( 8,39 % ), sedangkan terendah adalah 0 – 4 tahun ( 5,49 % ).

Tabel 3
Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan

PNS
7339
TNI
46
POLRI
250
Petani Pangan
5047
Petani Perkebunan
3272
Perikanan
43
Peternakan
200
Pedagang
6927
Jasa
467
Angkutan
868
Swasta
6403
Lain – lain
171200
Sumber : Data Kependudukan dan Catatan Sipil Seluma Tahun 2008

Tabel 4
Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tidak/Belum Sekolah
58780
SD/Sederajat
82481
SLTP/Sederajat
33785
SLTA/Sederajat
24086
Perguruan Tinggi
2930
Sumber : Data Kependudukan dan Catatan Sipil Seluma Tahun 2008











Diagram 1
Masyarakat Miskin Terhadap Penduduk Seluma


Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma

Diagram 2
Cakupan Penduduk Seluma yang terlayani Jamkesmas

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma

Grafik
Kunjungan Pasien JAMKESMAS dan JAMPERSAL Tahun 2011
Sumber : Laporan Jamkesmas RSUD Tais Tahun 2011
Kunjungan tertinggi Pengguna JAMKESMAS dan JAMPERSAL adalah pada bulan Oktober untuk rawat jalan ( 107 kunjungan ) dan bulan September untuk rawat inap ( 33 kunjungan ). Kunjungan terendah untuk pengunjung rawat jalan dan rawat inap adalah pada bulan Februari ( masing – masing 11 dan 7 kunjungan ) .
Pelayanan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Tais Tahun 2011 meliputi  :
a.       UGD (Unit Gawat Darurat)
Adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Di UGD Petugas yang memberi pelayanan antara lain Dokter, Perawat. Saat tiba di UGD, pasien biasanya menjalani pemilahan terlebih dahulu, anamnesis untuk membantu menentukan sifat dan keparahan penyakitnya. Penderita yang terkena penyakit serius biasanya lebih sering mendapat visite lebih sering oleh dokter daripada mereka yang penyakitnya tidak begitu parah. Setelah penaksiran dan penanganan awal, pasien bisa dirujuk ke RS, distabilkan dan dipindahkan ke RS lain karena berbagai alasan, atau dikeluarkan. Kebanyakan UGD buka 24 jam, meski pada malam hari jumlah staf yang ada di sana akan lebih sedikit. Jumlah pasien di Unit Gawat Darurat RSUD Tais Tahun 2011 adalah 996 orang dengan kasus tertinggi adalah kecelakaan lalulintas, kunjungan tertinggi adalah pada bulan September ( 125 kunjungan ) dan kunjungan terendah pada bulan Januari dan Agustus ( Masing – masing 56 kunjungan ), sedangkan Jumlah tenaga yang ada adalah 15 orang perawat ( setiap dinas sore dan malam berjumlah 3 orang) 4 orang dokter umum ( dalam satu shift hanya satu orang ).
Grafik
Kunjungan Unit Gawat Darurat Tahun 2011
Sumber : Buku Register Unit Gawat Darurat Tahun 2011
Sedangkan Jumlah Kematian di Unit Gawat Darurat Selama Tahun 2011 adalah 5 ( Lima ) dengan rincian 1 ( Satu ) Meninggal setelah sempat mendapat pelayanan dan 4 ( Empat ) orang telah meninggal sebelum masuk Unit Gawat Darurat.
b.       Rawat Inap
Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit . Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang sekaligus. Saat ini, ruang rawat inap di banyak rumah sakit sudah sangat mirip dengan kamar-kamar hotel.
Rawat inap RSUD Tais terdiri dari   tempat tidur, Jumlah pasien rawat inap dalam kurun waktu satu tahun (2011) adalah 354 orang dengan kunjungan tertinggi pada bulan September ( 49 kunjungan ) dan angka terendah pada bulan Februari ( 9 kunjungan ). Tenaga pelayanan yang ada adalah 12 orang ( satu kali shift 2 orang ).
Grafik
Kunjungan Rawat Inap Tahun 2011
Sumber : Buku Register Rawat Inap 2011
c.       Poli Kebidanan
Poliklinik Kebidanan adalah poliklinik yang melakukan pelayanan medis, kebidanan (Ibu, Janin, Bayi) kepada seorang pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan kebidanan, tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat inap. Keuntungannya, pasien tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menginap (opname). Jumlah pasien poli kebidanan tahun 2011 adalah 717 orang.Tenaga pelayanan yang ada adalah 2 orang bidan dan pada pertengahan tahun 2011 mendapat tenaga dokter resident sebanyak satu orang, diluar itu setiap rabu mendatangkan pelayanan spesialis kebidanan dan kandungan ( MoU dengan RSUD M. Yunus ).
d.       Poliklinik  Gigi
Poliklinik gigi adalah poliklinik yang melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut termasuk didalamnya seperti pencabutan gigi, penambalan gigi dan lainnya. Jumlah pasien poli gigi tahun 2011 adalah 296 orang. Jumlah tenaga yang ada adalah 1 orang dokter gigi dan 1 orang perawat gigi.
e.       Poliklinik Bedah
Poliklinik bedah adalah poliklinik yang melakukan pelayanan Bedah  kepada  pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pembedahan, dan biasanya sangat berhubungan erat dengan ruangan kamar operasi. Jumlah pasien poli bedah tahun 2011 adalah 216 orang. Titik kunjungan tertinggi pada bulan Juni dan April       ( masing – masing 32 kunjungan ) dan titik terendah pada bulan Januari ( 5 kunjungan ). Tenaga perawat yang ada 2 orang, sama dengan poliklinik yang lain, setiap hari rabu diadakan kunjungan dokter spesialis bedah.
Sumber : Buku Register Poli Bedah RSUD Tais 2011
f.        Poliklinik Penyakit Dalam
Poliklinik penyakit dalam adalah poliklinik yang melakukan pelayanan pada pasien dengan  tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan kasus – kasus yang dilayani seperti, penyakit menular dsb . Tenaga perawat yang ada 2 orang.

g.       Poliklinik Anak
Poliklinik anak adalah poliklinik yang melakukan pelayanan pada pasien anak –anak   tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan . Tenaga perawat yang ada 2 orang perawat. Jumlah kunjungan tertinggi pada bulan November 2011 ( 42 kunjungan ) dan terendah pada Januari dan April ( masing – masing 8 kunjungan ). Jumlah total kunjungan pada tahun 2011 adalah 305 Kunjungan.




Grafik
Kunjungan Poli Anak Tahun 2011
Sumber : Buku Register Poli Anak Tahun 2011

h.       Apotek, Instalasi Farmasi
Sarana farmasi yg melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat dan penyalur perbekalan farmasi yg harus menyebarkan obat yg diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.·
i.         Fisioterapi
Bentuk pelayanan Kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan ( fisik, elektroterapeutis dan mekanis ), pelatihan fungsi, komunikasi.
Jumlah kunjungan fisioterapi tahun 2011 adalah 313 kunjungan. Kunjungan tertinggi pada bulan Maret ( 33 Kunjungan ) dan terendah pada bulan Desembar ( 15 Kunjungan ).




Grafik
Kunjungan Fisioterapi Tahun 2011
Sumber : Buku Register Fisioterapi Tahun 2011
j.         VK ( Verlos Kamer )
Verlos Kamer yang artinya ruang bersalin adalah ruang gawat darurat pada pasien kebidanan. Kunjungan tertinggi pada bulan November ( 17 kunjungan ) dan terendah pada bulan Mei ( Tidak ada kunjungan ).
Grafik
Kunjungan Verlos Kamer ( VK ) Tahun 2011
Sumber : Buku Register VK Tahun 2011

k.       Radiologi
Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan pencitraan medis. Ini dapat menggunakan mesin x-ray atau perangkat radiasi tersebut. Ini juga menggunakan teknik yang tidak melibatkan radiasi, seperti MRI dan USG. Jumlah kunjungan Radiologi tahun 2011 adalah 676 kunjungan.
l.         Laboratorium
Laboratorium klinik atau laboratorium medis ialah laboratorium di mana berbagai macam tes dilakukan pada spesimen biologis untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan pasien. Jumlah kunjungan laboratorium tahun 2011 adalah 3400 kunjungan. Titik tertinggi ada pada bulan
m.     Medical Record
Medical Record/rekam medis, catatan kesehatan, dan grafik medis yang digunakan agak bergantian untuk menggambarkan dokumentasi sistematis satu pasien  riwayat medis dan perawatan sepanjang waktu dalam yurisdiksi satu dokter tertentu. Catatan medis meliputi berbagai jenis “catatan” masuk dari waktu ke waktu oleh para profesional perawatan kesehatan, pengamatan pencatatan dan pemberian obat dan terapi, perintah untuk pemberian obat dan terapi, hasil tes, x-ray, laporan, dll pemeliharaan catatan medis yang lengkap dan akurat adalah kebutuhan penyedia layanan kesehatan dan umumnya diberlakukan sebagai prasyarat lisensi atau sertifikasi.
n.       Instalasi Gizi
Suatu ruangan penunjang pelayanan yang dalam tugasnya melayani terapi gizi pasien rawat inap dan rawat jalan. Kegiatan yang dilakukan meliputi : Pengadaan makanan dengan berbagai menu pilihan, konsultsi diet dsb.Jumlah pasien yang di sediakan kebutuhan gizinya oleh instalasi gizi RSUD Tais tahun 2011 adalah 354 pasien.
Ruangan yang ada dan masih dalam tahapan pengembangan dan ruangan pendukung pelayanan di RSUD Tais antara lain :
a.       OK ( Operatie Kamer )
b.       UTD ( Unit Tranfusi Darah )
c.       Laundry
Diagram
Kunjungan Terbanyak berdasarkan wilayah asal  pasien
Sumber :Total Rekap Register Pasien Poliklinik RSUD Tais 2011


BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma tahun 2008, terdapat 22 kematian dari 4.886 bayi Lahir Hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kematian bayi tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kebiasan hidup secara tradisional mencari kebiasaan moderen dalam bidang kesehatan, merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap jumlah kematian bayi.
Jumlah kematian balita didapat berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kabupaten Seluma pada tahun 2008, dari 15.641 balita, ada 4 balita yang mati. Angka ini berarti mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebanyak 2 orang dari 15.473 balita. Hal ini diperkirakan karena belum maksimalnya akses terhadap pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan.
Jumlah kematian ibu  diperoleh melalui data Laporan Tahunan Program ibu didapati sebanyak 3 orang dari 4.893 ibu bersalin meninggal pada saat persalinan. Penyakit Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan nomor 2 terbesar pada masyarakat di Kabupaten Seluma. Kasus penyakit TB paru di Kabupaten Seluma sebanyak 527 klinis /suspect. Pelaksanaan program penanggulangan penyakit TB Paru sampai tahun 2008 terlihat cukup berhasil sehingga dapat menurunkan prevalensi Penyakit TB paru. Jumlah kasus TB yang terdeteksi pada tahun 2008 sebanyak 527 kasus, dengan BTA (+), 33 kasus dari kasus tersebut terdapat 56 kasus yang diobati dan 11 kasus yang berhasil sembuh dan yang mendapat pengobatan lengkap sebanyak 20 kasus ( Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma Tahun 2008 ).





BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN DAN AKSES, MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT

IV.1 PERSENTASE  AKSES KETERSEDIAAN DARAH UNTUK BUMIL DAN NEONATUS YG DIRUJUK (TABEL 27  SPM ).

Rumah Sakit Umum Daerah Tais belum menyediakan Darah karena keterbatasan daya listrik yang dipunyai RSUD Tais dan sarana penyimpanan darah yang layak sehingga belum dapat menyimpan darah, ini sangat berpengaruh terhadap tingginya angka Over Opname atau Rujukan, sehingga dimasa yang akan datang RSUD Tais mempunyai target memfungsikan UTD ( Unit Tranfusi Darah ).

IV.2 JUMLAH KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN (TABEL 35 SPM ).

Pada tahun 2011 RSUD Tais samasekali tidak mempunyai kegiatan formal penyuluhan kesehatan baik itu internal maupun eksternal, hal ini berpengaruh terhadap pemahaman masyarakat tentang persepsi pelayanan Rumah Sakit yang dampaknya berpengaruh terhadap tinggi rendahnya angka kunjungan.

IV.3 CAKUPAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PRA BAYAR (TABEL 36 SPM ).

Dalam Tahun 2011, dari total penduduk Seluma 202.062 Jiwa, 96.727 Jiwa adalah masyarakat miskin, 88.763 Jiwa yang tercover Jamkesmas dan sebagian besar terlayani di RSUD Tais. Sementara Total Kunjungan peserta ASKES dalam tahun ini adalah 922 kunjungan. Pada grafik kunjungan Askes tampak sangat dipengaruhi adanya dokter spesialis. Kurangnya sarana penunjang yang ada dan kualitas pelayanan yang masih rendah yang dampaknya akan mempengaruhi rendahnya kunjungan pasien Askes.



Grafik 1
Grafik2
Kunjungan Pasien ASKES di RSUD Tais
Kurun waktu 2011
Sumber : ASKES RSUD Tais Kabupaten Seluma

IV.4 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN (TABEL 37 SPM ).

Dari 88.763 Jiwa masyarakat miskin, kurang dari 50 % yang memanfaatkan pelayanan Rumah Sakit, hal ini kemungkinan dipengaruhi pola pikir masyarakat, Jauhnya jarak RS, Kurangnya informasi tentang Rumah Sakit, hal ini bisa diatasi dengan mengurangi penyebab yang ada.

IV.5 PERSENTASE PELAYANAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA FORMAL (TABEL 38 SPM ).

Masih minimnya kerjasama dengan penyedia asuransi kesehatan, tuntutan peserta jaminan kesehatan yang menginginkan pelayanan bermutu adalah penyebab dari kurangnya kunjungan para pekerja formal ( PNS, TNI, POLRI, dsb ) sehingga para pekerja formal lebih mempercayai pelayanan kesehatan ke RS lain atau ke klinik swasta. Harapan dimasa yang akan datang Rumah Sakit Umum Tais perlahan – lahan mampu bersaing dengan penyedia pelayanan yang lain dengan cara menyediakan produk unggulan selain kunjungan spesialistik setiap hari rabu yang telah dilaksanakan, seperti adanya haemodialisa, home care dan penyediaan ruang khusus perawatan VIP untuk masyarakat yang membutuhkan pelayanan lebih.

IV.6 PELAYANAN PRA USILA DAN USILA (TABEL 39 SPM ).

Untuk pelayanan pra usila dan usila, pelayanan RSUD Tais sudah cukup maksimal, akan tetapi faktor – faktor yang berpengaruh terhadap kunjungan ini seperti pengaruh keluarga, pendidikan keluarga dan pengambil keputusan dalam keluarga sangat berpengaruh, dalam hal ini rumah sakit dapat membuat program seperti lebih sering melakukan konseling terhadap pasien dan keluarga, adanya perhatian khusus terhadap pasien langganan/ pasien lama. Jumlah pasien baru pra usila dan usila di RSUD Tais tahun 2011 adalah 44 orang,


IV.7 PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV-AIDSJUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN , RAWAT INAP (TABEL 42 SPM ).

Angka ini belum bisa didapatkan dikarenakan belum adanya fasilitas untuk diskrining terhadap HIV-AIDS sehingga belum bisa di lakukan.

IV.8 KEMAMPUAN LABKES DAN MEMILIKI 4 SPESIALIS DASAR (TABEL 43 SPM ).

Laboratorium RSUD Tais sudah mampu melaksanakan pelayanan Labkes sejak tahun 2006 dan melaksanakan pelayanan spesialistik setiap hari rabu sejak tahun 2007. Kunjungan Spesialis sangat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan pasien terutama di rawat jalan RSUD Tais. Peningkatan kunjungan pasien lebih dari 100 persen dibandingkan dengan hari – hari biasa tanpa kunjungan spesialistik, ini berarti adanya dokter spesialis berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan pasien.
Jumlah Kunjungan Laboratorium RSUD Tais tahun 2011 adalah 3400 kunjungan. Berarti dalam sebulan rata – rata kunjungan adalah 283,3.

IV.9 KETERSEDIAAN OBAT SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR (TABEL 44 SPM ).

Ketersediaan obat di instalasi farmasi, apotik sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien yang berkunjung, persediaan obat pada tahun 2011 dapat dilihat pada lampiran.

IV.10  INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT
1.       INDIKATOR 1 UNIT GAWAT DARURAT
Pencapaian yang di dapat Unit Gawat darurat RSUD Tais yaitu  jam buka pelayanan, ketersediaan tim penanggulangan bencana, tidak adanya pasien yang harus bayar uang muka, masing – masing telah mencapai target yang di tetapkan. Sedangkan target yang belum tercapai antara lain kemampuan live saving anak dan dewasa 0 %       ( Target 100 %), pemberi pelayanan gawat darurat yang bersertifikat  15,7 % ( Target 100 % ), waktu tanggap pelyanan dokter  lebih dari 5 menit ( Target 5 menit atau kurang ), serta survey kepuasan kurang dari 70 % Pengguna pelayanan ( Target 70 % lebih).(Lampiran 1).
2.       INDIKATOR 2 RAWAT JALAN
Pencapaian Indikator Rawat Jalan yang telah tercapai antara lain ketersediaan pelayanan ( 100 % ), Jam buka pelayanan ( Jam 08.00 – 14.00 ), penegakkan diagnosa TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB 100 % ( Target 60 % atau lebih ),  terlaksananya pencatatan dan pelaporan TB di RS 100 % ( Target 60 % atau lebih ), sedangkan target yang belum tercapai diantaranya dokter pemberi pelayanan masih di dominasi dokter umum kecuali hari rabu ( Target setiap hari pelayanan harus spesialis ), waktu tunggu pelayanan lebih dari 60 menit ( Target 60 menit atau kurang ), kepuasan pasien 80 % ( Target 90 % lebih atau lebih ). (Lampiran 2 ).




3.       INDIKATOR 3 RAWAT INAP
Pencapaian Indikator SPM untuk Rawat inap antara lain, perawat pemberi pelayanan berpendidikan minimal D III keperawatan 100 % ( Target 100 % ). Tidak adanya kejadian jatuh yang menimbulkan kecacatan ataupun kematian 100 % ( Target 100 % ). Sedangkan yang belum tercapai diantaranya, Dokter pemberi pelayanan Visite setiap hari harus Dokter Spesialis 0% ( Target 100 % ), pemisahan antara ruang inap bedah, anak, penyakit dalam dan kebidanan 0 % ( Target 100 % ), Kematian pasien > 48 jam tidak tercatat ( Target ≤ 0,24 % ), kejadian pulang paksa tak tercatat ( Target ≤ 5 % ) sedangkan kepuasan pelanggan 11 % ( Target 90 % ).( Lampiran 3 ).
4.       INDIKATOR 4 KEBIDANAN
Tidak adanya data dari Kebidanan maka indikator SPM Kebidanan tidak bisa dinilai.
5.       INDIKATOR 5 RADIOLOGI
Indikator yang tercapai dan tercover antara lain, waktu tunggu lebih kurang 1 jam (≤ 3 Jam ), Kepuasan pelanggan 80 % ( Target 80 % atau lebih ) sedangkan pelaksana ekspertisi adalah Dokter Spesialis radiologi 0% ( Target 100 % ), kerusakan foto tak ada data ( target ≤ 2 %). (Lampiran).
6.       INDIKATOR 6 FARMASI DAN APOTEK
Pencapaian dari kefarmasian antara lain waktu tunggu pelayanan sudah mencapai target, tidak adanya kesalahan pemberian obat, kepuasan pelanggan sudah mendekati target, penulisan sesuai formularium 100 % mencapai target.( Lampiran ).
7.       INDIKATOR 7 LAYANAN GIZI
Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien 90% lebih, Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien tak tercatat, tidak adanya kesalahan pemberian diet 100%.
8.       INDIKATOR 8 MEDICAL RECORD,GAKIN
Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit pelayanan 100 %, kelengkapan pengisian rekam medik24 jam setelah selesai pelayanan 67 % ( Target 100 %), kelengkapan informed consent setelah mendapatkan informasi yang jelas 80 % ( Target 100 % ), Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan 10 menit ( target 10 menit ),(Lampiran).

9.       INDIKATOR 9 ADMINISTRASI DAN MENAJEMEN
Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan direksi hampir 100 %, Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja 20 5 ( Target 100 % ), ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat 100%, ketepatan waktu pengurusan gaji berkala 100 %, karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam setahun 2 % ( Target ≥ 60 % ), cost recovery belum tercatat, ketepatan waktu penyusunan laporan keuanga 98 % ( Target 100%), kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat inap maksimal 2 jam ( Target maksimal 2 jam ), ketepatan waktu pemberian insentif tidak tercatat ( Target 100 % ).
10.   INDIKATOR 10 PELAYANAN AMBULANCE
Waktu pelayanan ambulance 24 jam, waktu tanggap pemulasaraan jenazah sesuai target kurang dari 2 jam.
11.   INDIKATOR 11 SARANA DAN PRASARANA
Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat 80 % ( Trget 80 % ), ketepatan waktu pemeliharaan alat 25 % ( Target 100 % ). Peralatan labor dan alat ukur yang digunakan dalam pelayanan terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan kalibrasi belum tercapai.
12.   INDIKATOR 12  LOUNDRY
Tidak adanya kejadian linen yang hilang 80 % ( Target 100 % ).Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap 75 % ( Target 100 % ).

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap

BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)

BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85
% (Depkes RI, 2005). BOR RSUD Tais Tahun 2011 adalah 17,8 %.

AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Nilai AVLOS RSUD Tais Tahun 2011 adalah 2,2.

TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Nilai TOI RSUD Tais Tahun 2011 adalah 10,1 dan ini berarti tempat tidur yang telah di tinggalkan pasien terakhir menempati, butuh waktu 10,1 hari agar terisi pasien rawat yang baru.

BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)

BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Nilai BTO RSUD Tais Tahun 2011 adalah 29,5 berarti satu tempat tidur dipakai rata – rata 29,5 kali.



NDR (Net Death Rate)

NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Nilai NDR RSUD Tais Tahun 2011 Nihil, karena tidak adanya kasus kematian setelah dirawat 48 jam.

GDR (Gross Death Rate)

GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Angka GDR RSUD Tais Tahun 2011 adalah 5,02 per seribu